Mari membantu dan menolong orang yang membutuhkan^^! Karena setiap manusia sama, mari menolong tanpa membeda-bedakan.
Rabu, 04 September 2013
Kamis, 11 Juli 2013
Kunjungi Palang Merah Thailand, Bukan Sekadar Tempat Donor Darah (3-Habis)
Murah karena Semua Diproduksi Sendiri
Bagaimana
Palang Merah Thailand bisa ’’menjual’’ darah dengan harga termurah di
dunia? Benarkah karena besarnya dukungan sponsor? Kalau ya, bagaimana
mereka bisa menggaet sponsor yang begitu banyak? Inilah bagian terakhir
laporan wartawan Jawa Pos (grup Radar Lampung) TITIK ANDRIYANI tentang
Palang Merah Thailand.
DAHULU, 25-30 tahun yang lalu, pasien yang membutuhkan darah (calon resipien) tak jarang harus membawa sendiri donornya, yang golongan darahnya sesuai pasien. Sebab pada masa itu, persediaan darah di PMI masih sangat terbatas. Jumlah donor yang secara sukarela menyumbangkan darahnya juga masih sangat sedikit.
Membawa donor sendiri tidak berarti pasien bisa mendapatkan darah dengan cuma-cuma alias gratis. Sebab untuk mengambil darah dari tubuh donor, butuh biaya untuk jarum, kantong darah, serta reagent (zat kimia untuk memeriksa kelayakan darah dan golongannya). Itu kalau yang dibutuhkan adalah whole blood atau yang oleh masyarakat awam dikenal dengan istilah darah segar.
Kalau yang dibutuhkan adalah plasma, trombosit, atau sel darah merah saja, biaya yang diperlukan lebih besar. Sebab, darah dari donor harus menjalani proses tambahan untuk memisahkan komponen-komponennya.
Susahnya kalau si pasien tidak punya keluarga yang golongan darahnya sama. Atau, jumlahnya tidak sebanyak darah yang dia butuhkan. Dengan demikian, dia harus mencari orang yang mau mendonorkan darahnya. Itu pasti tidak bisa gratis. Harus ada ’’tanda terima kasih”-nya.
Pada masa itu, mencari donor bayaran seperti ini tidak sulit karena banyak berkeliaran di sekitar unit transfusi darah PMI. Mereka sengaja mangkal di situ untuk ’’menyambut” para keluarga pasien yang membutuhkan darah. Selain menawarkan dirinya sendiri, ada yang berperan sebagai perantara alias makelar.
Makelar darah tidak berbeda dari makelar tiket pesawat dan kereta api, rumah, mobil dan motor, atau yang lain. Mereka menjadi perantara antara penjual dan pembeli. Dari setiap transaksi, mereka mendapat imbalan yang besarnya sangat bergantung pada situasi saat itu. Makin kritis situasinya, semakin besar imbalan yang mereka minta.
Untungnya, sekarang praktik makelar seperti itu sudah tidak ada karena dianggap tak manusiawi. Tetapi, donor bayaran di Indonesia masih ada sampai sekarang. Bedanya, donor seperti itu dibutuhkan pasien saat stok darah tidak tersedia di PMI karena habis. Itu biasanya dialami pasien-pasien golongan darah AB atau darah be-rhesus yang memang langka. Untungnya, sekarang ada kelompok sosial Blood for
Life yang memiliki jaringan sangat luas, sehingga bisa membantu banyak pasien yang kekurangan darah.
Di Indonesia, jumlah donor bayaran masih cukup banyak. Yakni sekitar 20 persen di antara total donor. Itu adalah tantangan bagi PMI, terutama unit transfusi darah (UTD)-nya.
Di Thailand, donor seperti itu sudah tak ada. ’’Di sini semua donor menyumbangkan darahnya secara sukarela,” jelas Tasanee Sakuldamrongpanich, deputi direktur National Blood Center (NBC) Palang Merah Thailand. NBC adalah UTD-nya Palang Merah Thailand (PMT).
Bagaimana PMT bisa menyingkirkan donor bayaran? Itu bukan hal mudah. Butuh waktu, kerja keras, dan strategi yang cerdas. Kesadaran masyarakat akan pentingnya donor darah dan tingginya harga yang harus dibayar untuk mendapatkan darah menjadi faktor utama untuk bisa mempercepat penghapusan donor bayaran tersebut.
Bila membayar donor pengganti lebih murah daripada membayar ke PMI, peluang bagi donor bayaran untuk eksis akan semakin besar. Dengan begitu, solusi bagi donor bayaran adalah harga darah yang murah.
’’Menjual” darah dengan harga murah menjadi tantangan yang sangat besar bagi PMI. Sebab, biaya terbesar untuk menjadikan darah donor siap pakai ternyata ada pada kantong darah dan reagent.
Padahal, Indonesia masih mengimpor kantong darah. Memang, pernah ada wacana dari mantan Wapres Jusuf Kalla yang kini menjadi ketua umum PMI untuk membangun sendiri pabrik kantong darah. Tetapi sampai sekarang, impian itu belum terlaksana. Setiap tahun Indonesia membutuhkan kira-kira 2,5 juta kantong darah, sesuai jumlah darah yang dikelola PMI.
Menurut standar WHO, jumlah persediaan darah yang ideal di suatu negara berkisar 3-5 persen jumlah penduduk. Dengan hanya 2,5 juta kantong darah per tahun, berarti Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 1 persennya saja.
Thailand sudah mampu mencapai angka 3,5 persen. Negara-negara maju seperti Jepang dan AS sudah bisa mencapai angka ideal tersebut.
Meski baru mencapai 3,5 persen, PMT sudah ditunjuk WHO sebagai pusat pelatihan bagi unit-unit transfusi darah se-Asia Tenggara. Itu merupakan bukti kehebatan manajemen pengelolaan darah di Thailand.
Kecanggihan manajemen NBC, yang merupakan pusat penanganan dan pengelolaan darah di PMT, memang harus diakui. Salah satunya dalam menekan harga jual darah ke masyarakat.
Sebagaimana yang sudah saya sebutkan dalam tulisan kemarin, harga jual darah di Thailand merupakan yang termurah di dunia. Mereka bisa mencapai itu karena memproduksi sendiri kantong darah. Sebanyak 50 persen kebutuhan kantong darah di Thailand dipenuhi pabrik milik PMT. Sisanya mereka beli dari pabrik lain yang juga berlokasi di Thailand. Dengan begitu, mereka tak perlu membayar bea masuk yang biasanya sangat tinggi.
Begitu pula dengan reagent. PMT juga tidak mengimpor atau membeli dari pabrik lain. Mereka punya pabrik sendiri. Begitu pula untuk beberapa jenis serum.
Yang masih harus diimpor sampai saat ini adalah bahan untuk pembuatan plasma. Itu pun sudah direncanakan untuk dibuat sendiri oleh PMT. Sungguh sebuah pemikiran bisnis yang luar biasa.
Khusus untuk serum, PMT memiliki unit khusus untuk memproduksi serum anti-bisa ular, bisa serangga mematikan, dan bisa binatang lain. Ada sekitar 3.000 ular berbagai jenis yang dipelihara di kompleks PMT yang terletak di Jalan Henry Dunant, Bangkok.
Setiap hari dilakukan pengambilan bisa dari ular-ular itu. Proses pengambilan bisa tersebut dimanfaatkan untuk menarik turis. Untuk menyaksikan proses itu, orang harus membayar tiket. Penghasilan mereka dari turis yang melihat pengambilan bisa atau sekadar melihat pertunjukan ular itu relatif besar.
Penghasilan unit tersebut jadi semakin besar setelah bisa-bisa ular itu menjadi serum. Sebab, serum-serum tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan PMT sendiri, tapi juga diekspor ke negara-negara lain.
Karena hampir semua kebutuhan dibuat sendiri, tidak mustahil bila PMT bisa menjual produk darah siap pakainya dengan harga amat murah.
Pembuatan kantong darah dan peralatan medis seperti slang infus dan filter untuk dialisis (cuci darah) membutuhkan tingkat sterilitas yang luar biasa, melebihi sterilnya kamar operasi.
Saking sterilnya, bukan hanya sistem pendingin dan penyedotan udara (exhauser)-nya yang dibuat khusus, tapi juga tingkat sterilitas pegawainya. Karena itu, jangan heran kalau seluruh pegawai di bagian tersebut diharuskan mengenakan seragam khusus yang menyerupai astronot, cuci tangan dan mengeringkannya di tempat khusus, serta harus melewati pintu khusus yang dilengkapi alat pensteril pakaian dan tubuh.
Bukan hanya itu. Para pegawai tersebut juga tidak boleh mengenakan bedak atau perias wajah lain, cat kuku, perhiasan apa pun, serta memanjangkan kuku selama bekerja.
Begitu sterilnya pabrik kantong darah itu, seluruh tamu yang datang harus menandatangani pernyataan untuk tidak membeberkan semua yang dilihat di ruang produksi.
Maklum, memproduksi kantong darah tidaklah mudah. Selain steril, kantong darah harus dilapisi zat khusus untuk menjaga agar darah dan komponennya tidak membeku atau berubah sifat selama berada dalam kantong. Karena itu, kantong darah memiliki masa kedaluwarsa yang relatif pendek, sehingga hanya dibuat berdasar pesanan.
source : http://www.radarlampung.co.id
DAHULU, 25-30 tahun yang lalu, pasien yang membutuhkan darah (calon resipien) tak jarang harus membawa sendiri donornya, yang golongan darahnya sesuai pasien. Sebab pada masa itu, persediaan darah di PMI masih sangat terbatas. Jumlah donor yang secara sukarela menyumbangkan darahnya juga masih sangat sedikit.
Membawa donor sendiri tidak berarti pasien bisa mendapatkan darah dengan cuma-cuma alias gratis. Sebab untuk mengambil darah dari tubuh donor, butuh biaya untuk jarum, kantong darah, serta reagent (zat kimia untuk memeriksa kelayakan darah dan golongannya). Itu kalau yang dibutuhkan adalah whole blood atau yang oleh masyarakat awam dikenal dengan istilah darah segar.
Kalau yang dibutuhkan adalah plasma, trombosit, atau sel darah merah saja, biaya yang diperlukan lebih besar. Sebab, darah dari donor harus menjalani proses tambahan untuk memisahkan komponen-komponennya.
Susahnya kalau si pasien tidak punya keluarga yang golongan darahnya sama. Atau, jumlahnya tidak sebanyak darah yang dia butuhkan. Dengan demikian, dia harus mencari orang yang mau mendonorkan darahnya. Itu pasti tidak bisa gratis. Harus ada ’’tanda terima kasih”-nya.
Pada masa itu, mencari donor bayaran seperti ini tidak sulit karena banyak berkeliaran di sekitar unit transfusi darah PMI. Mereka sengaja mangkal di situ untuk ’’menyambut” para keluarga pasien yang membutuhkan darah. Selain menawarkan dirinya sendiri, ada yang berperan sebagai perantara alias makelar.
Makelar darah tidak berbeda dari makelar tiket pesawat dan kereta api, rumah, mobil dan motor, atau yang lain. Mereka menjadi perantara antara penjual dan pembeli. Dari setiap transaksi, mereka mendapat imbalan yang besarnya sangat bergantung pada situasi saat itu. Makin kritis situasinya, semakin besar imbalan yang mereka minta.
Untungnya, sekarang praktik makelar seperti itu sudah tidak ada karena dianggap tak manusiawi. Tetapi, donor bayaran di Indonesia masih ada sampai sekarang. Bedanya, donor seperti itu dibutuhkan pasien saat stok darah tidak tersedia di PMI karena habis. Itu biasanya dialami pasien-pasien golongan darah AB atau darah be-rhesus yang memang langka. Untungnya, sekarang ada kelompok sosial Blood for
Life yang memiliki jaringan sangat luas, sehingga bisa membantu banyak pasien yang kekurangan darah.
Di Indonesia, jumlah donor bayaran masih cukup banyak. Yakni sekitar 20 persen di antara total donor. Itu adalah tantangan bagi PMI, terutama unit transfusi darah (UTD)-nya.
Di Thailand, donor seperti itu sudah tak ada. ’’Di sini semua donor menyumbangkan darahnya secara sukarela,” jelas Tasanee Sakuldamrongpanich, deputi direktur National Blood Center (NBC) Palang Merah Thailand. NBC adalah UTD-nya Palang Merah Thailand (PMT).
Bagaimana PMT bisa menyingkirkan donor bayaran? Itu bukan hal mudah. Butuh waktu, kerja keras, dan strategi yang cerdas. Kesadaran masyarakat akan pentingnya donor darah dan tingginya harga yang harus dibayar untuk mendapatkan darah menjadi faktor utama untuk bisa mempercepat penghapusan donor bayaran tersebut.
Bila membayar donor pengganti lebih murah daripada membayar ke PMI, peluang bagi donor bayaran untuk eksis akan semakin besar. Dengan begitu, solusi bagi donor bayaran adalah harga darah yang murah.
’’Menjual” darah dengan harga murah menjadi tantangan yang sangat besar bagi PMI. Sebab, biaya terbesar untuk menjadikan darah donor siap pakai ternyata ada pada kantong darah dan reagent.
Padahal, Indonesia masih mengimpor kantong darah. Memang, pernah ada wacana dari mantan Wapres Jusuf Kalla yang kini menjadi ketua umum PMI untuk membangun sendiri pabrik kantong darah. Tetapi sampai sekarang, impian itu belum terlaksana. Setiap tahun Indonesia membutuhkan kira-kira 2,5 juta kantong darah, sesuai jumlah darah yang dikelola PMI.
Menurut standar WHO, jumlah persediaan darah yang ideal di suatu negara berkisar 3-5 persen jumlah penduduk. Dengan hanya 2,5 juta kantong darah per tahun, berarti Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 1 persennya saja.
Thailand sudah mampu mencapai angka 3,5 persen. Negara-negara maju seperti Jepang dan AS sudah bisa mencapai angka ideal tersebut.
Meski baru mencapai 3,5 persen, PMT sudah ditunjuk WHO sebagai pusat pelatihan bagi unit-unit transfusi darah se-Asia Tenggara. Itu merupakan bukti kehebatan manajemen pengelolaan darah di Thailand.
Kecanggihan manajemen NBC, yang merupakan pusat penanganan dan pengelolaan darah di PMT, memang harus diakui. Salah satunya dalam menekan harga jual darah ke masyarakat.
Sebagaimana yang sudah saya sebutkan dalam tulisan kemarin, harga jual darah di Thailand merupakan yang termurah di dunia. Mereka bisa mencapai itu karena memproduksi sendiri kantong darah. Sebanyak 50 persen kebutuhan kantong darah di Thailand dipenuhi pabrik milik PMT. Sisanya mereka beli dari pabrik lain yang juga berlokasi di Thailand. Dengan begitu, mereka tak perlu membayar bea masuk yang biasanya sangat tinggi.
Begitu pula dengan reagent. PMT juga tidak mengimpor atau membeli dari pabrik lain. Mereka punya pabrik sendiri. Begitu pula untuk beberapa jenis serum.
Yang masih harus diimpor sampai saat ini adalah bahan untuk pembuatan plasma. Itu pun sudah direncanakan untuk dibuat sendiri oleh PMT. Sungguh sebuah pemikiran bisnis yang luar biasa.
Khusus untuk serum, PMT memiliki unit khusus untuk memproduksi serum anti-bisa ular, bisa serangga mematikan, dan bisa binatang lain. Ada sekitar 3.000 ular berbagai jenis yang dipelihara di kompleks PMT yang terletak di Jalan Henry Dunant, Bangkok.
Setiap hari dilakukan pengambilan bisa dari ular-ular itu. Proses pengambilan bisa tersebut dimanfaatkan untuk menarik turis. Untuk menyaksikan proses itu, orang harus membayar tiket. Penghasilan mereka dari turis yang melihat pengambilan bisa atau sekadar melihat pertunjukan ular itu relatif besar.
Penghasilan unit tersebut jadi semakin besar setelah bisa-bisa ular itu menjadi serum. Sebab, serum-serum tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan PMT sendiri, tapi juga diekspor ke negara-negara lain.
Karena hampir semua kebutuhan dibuat sendiri, tidak mustahil bila PMT bisa menjual produk darah siap pakainya dengan harga amat murah.
Pembuatan kantong darah dan peralatan medis seperti slang infus dan filter untuk dialisis (cuci darah) membutuhkan tingkat sterilitas yang luar biasa, melebihi sterilnya kamar operasi.
Saking sterilnya, bukan hanya sistem pendingin dan penyedotan udara (exhauser)-nya yang dibuat khusus, tapi juga tingkat sterilitas pegawainya. Karena itu, jangan heran kalau seluruh pegawai di bagian tersebut diharuskan mengenakan seragam khusus yang menyerupai astronot, cuci tangan dan mengeringkannya di tempat khusus, serta harus melewati pintu khusus yang dilengkapi alat pensteril pakaian dan tubuh.
Bukan hanya itu. Para pegawai tersebut juga tidak boleh mengenakan bedak atau perias wajah lain, cat kuku, perhiasan apa pun, serta memanjangkan kuku selama bekerja.
Begitu sterilnya pabrik kantong darah itu, seluruh tamu yang datang harus menandatangani pernyataan untuk tidak membeberkan semua yang dilihat di ruang produksi.
Maklum, memproduksi kantong darah tidaklah mudah. Selain steril, kantong darah harus dilapisi zat khusus untuk menjaga agar darah dan komponennya tidak membeku atau berubah sifat selama berada dalam kantong. Karena itu, kantong darah memiliki masa kedaluwarsa yang relatif pendek, sehingga hanya dibuat berdasar pesanan.
source : http://www.radarlampung.co.id
Selasa, 09 Juli 2013
Materi : ^_^ FRAKTUR/PATAH TULANG ^_^
=) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
=D Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
=* Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
=D JENIS FRAKTUR :
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
=) Patah tulang adalah suatu kondisi medis dimana tulang patah atau retak. Patah tulang dapat terjadi karena faktor luar (misalnya jatuh) atau dari kondisi dalam seperti pelunakan tulang dikarenakan osteoporosis, kanker, atau kecacatan lain.
=D JENIS PATAH TULANG :
1. Patah tertutup dan patah terbuka. Patah tertutup adalah suatu kondisi tulang patah (atau retak) yang patah tulanggnya itu berada didalam kulit (otot) sedangkan patah terbuka kondisinya tulang keluar dari kulit (otot).
2. Simple fracture dan multiple fractures. Pada simple fracture, satu buah tulang hanya patah pada satu tempat dan multiple adalah satu tulang yang patah dibanyak tempat.
Patah tulang tertutup bertipe simple fracture lebih muudah diobati jika bidandingan dengan patah tulang terbuka multiple fracture. Sehingga penanganan pada setiap kasus patah tulang, entah itu pake pen, gips, atau perawatan lain, akan sangat amat tergantung pada jenis dan asal dari kerusakan tulang itu sendiri
`PMI Respon Gempa Aceh!`
teman-teman semua tau kan berita tentang gempa bumi di salah satu daerah di INDONESIA yang kita sayangi ini??
yapss, Aceh..
Selasa tanggal 02 Juli baru-baru kemarin gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter itu menerpa kota Aceh tersebut..
langsung aja kita baca informasi lebih lanjutnya ya, teman-teman..
Gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala
Richter (SR), Selasa (2/7) sekitar pukul 14:37 WIB mengguncang Kab.
Bener Meriah atau 43 Km Tenggara Kab. Bireun atau 50 Km Barat Laut Kab.
Aceh Tengah atau 181 Km Tenggara Banda Aceh, Provinsi Aceh. Sumber
kedalaman gempa diperkirakan 10 Km, dan tidak menimbulkan potensi
tsunami.
Gempa ini dirasakan sangat kuat di wilayah Kab. Bener Meriah hingga Banda Aceh, yang membuat masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. Hingga kini, berdasarkan laporan Posko PMI Pusat dari Posko PMI Provinsi Aceh dan Rapi, 2 Kabupaten terkena dampak yang sangat serius, yaitu Kab Bener Meriah dengan populasi 122.277 jiwa dan Kab Aceh Tengah dengan populasi 213.732 jiwa saat ini seluruh warga takut untuk menempati rumah dikarenakan gempa susulan yang intensitasnya masih cukup tinggi. Kondisi ini juga di perparah dengan intensitas hujan yang tinggi serta Aliran Listrik, dan akses komunikasi yang mengalami gangguan.
Gempa bumi ini juga menjadi pemicu terjadinya Tanah Longsor, yang mengakibatkan terputusnya beberapa ruas jalan serta pemicu Peningkatan status Gunung Berapi menjadi Siaga 1 di sekitar wilayah Kab. Bener Meriah. Diperkirakan 15 orang terimbun di Masjid Babussalihin di desa Blank Mancung, kec. Ketol, Aceh Tengah.
Akses Jalan menuju Lokasi kejadian gempa dapat ditempuh perjalanan darat dengan durasi 7-8 jam dari banda Aceh atau dapat menggunakan pesawat jenis kecil ( Cassa atau Sussi air berkapaitas 12 orang ) dengan rute Medan – Bandara Rembele, Kab. Bener Meriah.
Sebanyak 35 personil Satgana (Satuan Penanggulangan Bencana) PMI Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah dimobilisasi untuk bekerjasama dengan TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BNPA) dan pemerintah setempat untuk melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun longsor.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan PMI di Kab. Bener Meriah dan Kab. Aceh Tengah, saat ini kebutuhan yang sangat mendesak bagi tim evakuasi adalah kantong mayat. Sementara untuk pengungsi dibutuhkan tenda keluarga, selimut, terpal dan lampu penerangan, untuk beberapa titik pengungsi atau warga yang mengalami kerusakan parah. Selain itu, dibutuhkan makanan siap saji, makanan Bayi bagi warga pengungsi
Informasi lebih lanjut: PMI Provinsi Aceh, Telp. 0651-7551001 / 0651 7410540, Hj. Arnia, Ketua PMI Provinsi Aceh, HP. 0813 605801 atau Abu Bakar Ketua PMI Kab. Bener Meriah, HP. 0812 6914 392 atau Sekretaris PMI Kab. Aceh Tengah, Arianto HP. 085275066961 atau Mabrur HP. 0816 0270 330.
source : http://www.pmi.or.id
yapss, Aceh..
Selasa tanggal 02 Juli baru-baru kemarin gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter itu menerpa kota Aceh tersebut..
langsung aja kita baca informasi lebih lanjutnya ya, teman-teman..
Gempa ini dirasakan sangat kuat di wilayah Kab. Bener Meriah hingga Banda Aceh, yang membuat masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. Hingga kini, berdasarkan laporan Posko PMI Pusat dari Posko PMI Provinsi Aceh dan Rapi, 2 Kabupaten terkena dampak yang sangat serius, yaitu Kab Bener Meriah dengan populasi 122.277 jiwa dan Kab Aceh Tengah dengan populasi 213.732 jiwa saat ini seluruh warga takut untuk menempati rumah dikarenakan gempa susulan yang intensitasnya masih cukup tinggi. Kondisi ini juga di perparah dengan intensitas hujan yang tinggi serta Aliran Listrik, dan akses komunikasi yang mengalami gangguan.
Gempa bumi ini juga menjadi pemicu terjadinya Tanah Longsor, yang mengakibatkan terputusnya beberapa ruas jalan serta pemicu Peningkatan status Gunung Berapi menjadi Siaga 1 di sekitar wilayah Kab. Bener Meriah. Diperkirakan 15 orang terimbun di Masjid Babussalihin di desa Blank Mancung, kec. Ketol, Aceh Tengah.
Akses Jalan menuju Lokasi kejadian gempa dapat ditempuh perjalanan darat dengan durasi 7-8 jam dari banda Aceh atau dapat menggunakan pesawat jenis kecil ( Cassa atau Sussi air berkapaitas 12 orang ) dengan rute Medan – Bandara Rembele, Kab. Bener Meriah.
Berdasarkan informasi sementara yang
di himpun dari PMI Aceh dan BNPB, Sekitar 300 rumah mengalami rusak
berat/sedang di Aceh tengah, Terputusnya ruas jalan di KM 92 di
kecamatan kebayan, takengon serta 2 Masjid rusak yang diperkirakan masih
menimbun 21 orang yang ada di dalam serta 22 rumah rusak berat di Kab
Bener Meriah. 21 Orang dilaporkan Meninggal, 2 Hilang dan 280 orang
mengalami luka-luka.
Sebanyak 35 personil Satgana (Satuan Penanggulangan Bencana) PMI Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah dimobilisasi untuk bekerjasama dengan TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BNPA) dan pemerintah setempat untuk melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun longsor.
Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan PMI di Kab. Bener Meriah dan Kab. Aceh Tengah, saat ini kebutuhan yang sangat mendesak bagi tim evakuasi adalah kantong mayat. Sementara untuk pengungsi dibutuhkan tenda keluarga, selimut, terpal dan lampu penerangan, untuk beberapa titik pengungsi atau warga yang mengalami kerusakan parah. Selain itu, dibutuhkan makanan siap saji, makanan Bayi bagi warga pengungsi
Informasi lebih lanjut: PMI Provinsi Aceh, Telp. 0651-7551001 / 0651 7410540, Hj. Arnia, Ketua PMI Provinsi Aceh, HP. 0813 605801 atau Abu Bakar Ketua PMI Kab. Bener Meriah, HP. 0812 6914 392 atau Sekretaris PMI Kab. Aceh Tengah, Arianto HP. 085275066961 atau Mabrur HP. 0816 0270 330.
source : http://www.pmi.or.id
PMI DKI Jakarta! ^^
sekarang kita akan membahas tentang PMI DKI Jakarta ^^
karena SMP Negeri 184 berada dilingkungan Jakarta, hahaha :D
oke daripada lama-lama, langsung aja kita lihat lebih detail lagi tentang PMI DKI Jakarta >>
Berbicara tentang sejarah PMI DKI Jakarta, semua bermuara pada awal mula Palang Merah Indonesia sebagai salah satu organisasi sosial kemanusiaan, yang berdiri sejak tahun 1945.
Pada saat itu, PMI DKI Jakarta berstatus PMI Cabang. Ketika ada pembagian wilayah kota menjadi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, kemudian PMI Cabang Jakarta mengembangkan PMI Jakarta dengan membentuk PMI Cabang di wilayah kota.
Status sahnya, didukung oleh Surat Keputusan Pengurus Besar PMI Nomor 50/S.KP/PB tanggal 11 September 1970 tentang Pembubaran PMI Cabang Jakarta dan Pengesahan berdirinya PMI DKI Jakarta dan berstatus sebagai Markas Daerah.
Berdasarkan Keputusan Pengurus Daerah PMI DKI Jakarta Nomor 0537/SK/G-St/70 tanggal 29 Desember 1970 juga menetapkan pengesahan berdirinya PMI Cabang di lima wilayah kota di DKI Jakarta, dan ditambah dengan Kabupaten Kepulauan Seribu yang disahkan pada tahun 2006. Sehingga saat ini PMI DKI Jakarta memiliki 5 Cabang Kota Administrasi dan 1 Cabang Kabupaten.
Dalam menjalankan misi sosial kemanusiaannya, PMI DKI Jakarta telah melakukan bantuan penanggulangan bencana, baik didalam kota maupun dikota-kota lainnya di Indonesia.
Palang Merah Indonesia DKI Jakarta dipimpin oleh para pengurus yang bekerja secara sukarela :
Tahun 1945 s/d 1971 : dr. Soewarno
Tahun 1971 s/d 1987 : dr. H. HermanSoesilo, MPH.
Tahun 1987 s/d 1989 : H. Daryono, SH.
Tahun 1989 s/d 1996 : H. Muhammad Muas
Tahun 1996 s/d 2006 : Ny. Hj. Uga Wiranto, SH, MSi.
Tahun 2007 s/d saat ini : Ny. Hj. Rini Sutiyoso
Kepengurusan dibawah Ny. Hj Rini Sutiyoso, dilengkapi dengan beberapa personil diantaranya :
a. Wakil Ketua I : Ny. Wien Ritola
b. Wakil Ketua II : drg. Tini Suryanti, Mkes.
c. Wakil Ketua III : H. Muhammad Rawi
d. Sekretaris : Ir. Irwan Hidajat
e. Wakil Sekretaris : Drs. Dady Parmadi Suparta
f. Bendahara : Ny. Hj. Ida Widarni Daryoto
g. Anggota : 1. Drs. DJoko Subagijo, MM.
2. Drs. Adang Rukhyat, M.Pd.
3. Drs. Saefulloh, M.Pd.
4. Drs. Syarafuddin Arsyad, M.Ag.
5. Ny. Roswita Munaf, SH.
Disamping melaksanakan tugas dalam penanggulangan bencana, PMI DKI Jakarta juga melaksanakan pengelolaan Transfusi Darah, melalui Unit Transfusi Darah Daerah (UTDD) PMI DKI Jakarta, yang dahulu bernama Dinas Dermawan Darah (DDD) dan dikelola oleh Markas Besar PMI dan diserahkan kepada PMI Cabang Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Nomor 357/UP tanggal 1 Februari 1969.
Pada tanggal 21 Oktober 1980 nama Dinas Dermawan Darah PMI (DDD) diganti menjadi Lembaga Transfusi Darah (LTD) dan disahkan oleh Pengurus Besar PMI dengan SK Nomor 592/S.KP/PB. Dan sejak tahun 1993, Lembaga Transfusi Darah telah diganti menjadi Unit Tranfusi Darah.
Dalam rangka meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat, UTDD PMI DKI Jakarta juga telah meraih ISO 9001 : 2008 pada tanggal 24 Agustus 2010.
UTD PMI DKI Jakarta sudah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan untuk periode :
1. Tahun 1969 – 1971 : dr. Masri Rustam
2. Tahun 1971 – 1975 : dr. Agus Sarmidi
3. Tahun 1975 – 1978 : dr. Nafsiah M’boi
4. Tahun 1978 - 1986 : dr. Suyani
5. Tahun 1986 - 1988 : dr. H. Alfian Sutowadi
6. Tahun 1988 - 2002 : dr. Sukantini, M.Sc.
7. Tahun 2002 - 2007 : dr. Kristianto Budiono
8. Tahun 2007 - 2010 : dr. Ismet Sanusi
9. Tahun 2010 – sekarang : dr. Salimar Salim, MARS.
PMI Cabang sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas Kepalangmerahan yang dibantu oleh PMI Ranting Se-DKI Jakarta serta para Relawan. Ketua Pengurus PMI Cabang Se-DKI Jakarta periode saat ini :
1. Jakarta Pusat : H. Soewardi Sulaeman
2. Jakarta Utara : H. Sabri Saiman, MBA.
3. Jakarta Barat : Drs. H. Komaruddin Hasyim
4. Jakarta Selatan : Drs. H. Dadang Dasuki
5. Jakarta Timur : H. Koesnoto, SE.
6. Kab. Kep. Seribu : H. Jamaluddin Panganro
Usaha menghimpun dana kemanusiaan yang dilakukan oleh PMI DKI Jakarta beserta PMI Cabang Se-DKI Jakarta, merupakan yang tertinggi di antara PMI di provinsi lainnya. Hal ini membuktikan, bahwa begitu tingginya kepedulian masyarakat DKI Jakarta terhadap masalah kemanusiaan.
PMI DKI Jakarta, yang beralamat di Jl. Kramat Raya No. 47 Jakarta Pusat akan selalu menjaga hubungan baik dengan instansi terkait dan mitra kerja lainnya. Hubungan PMI DKI Jakarta dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga terjaga dengan baik. Pembinaan Gubernur selaku Pelindung PMI begitu nyata, yang menjadikan wajah tampilan sarana dan prasarana PMI di Jakarta begitu megahnya, sejalan dengan cermin wajah ibukota.*
Email : dki@pmi-jakarta.org
Website : www.pmi-jakarta.org
Telp : 3906666 – 3923410
Fax : (021) 3144884 (Markas Daerah) – (021) 3101107 (UTDD)
source : http://www.pmi.or.id
Ayo Siaga Bencana!
Pencapaian Program Sekolah Siaga Bencana
1. Konsep,
strategi, dan pendekatan Sekolah Siaga Bencana telah diperkenalkan dan
diintegrasikan dalam Program Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis
Masyarakat (PERTAMA) di 13 provinsi.
2. Peran PMR sebagai peer leader (model), peer support (dukungan) dan peer educator (pendidik sebaya) untuk pengurangan risiko, serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko pada anak dan remaja.
3. Anak
dan remaja telah dilibatkan dalam proses pengkajian, pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko.
4. Mendukung
sosialisasi strategi pendidikan remaja sebaya dalam kesiapsiagaan
bencana dan pengurangan risiko, PMI telah memproduksi manual Ayo Siaga
Bencana bagi PMR, panduan fasilitator Ayo Siaga Bencana serta media KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi).
5. Di
tingkat nasional, PMI telah memainkan peranan penting dalam Dewan
Pengarah KPB serta aktif melakukan advokasi. Di tingkat kabupaten, PMI
juga aktif melakukan advokasi dalam mengintegrasikan kesiapsiagaan
bencana dan pengurangan risiko ini ke dalam kurikulum sekolah. source : http://www.pmi.or.id
`Ayo Donor Darah!`
Salah
satu kegiatan PMI yang paling dikenal masyarakat adalah donor darah.
Menyumbangkan sebagian darah untuk kemudian disalurkan kepada yang
membutuhkan menjadi suatu sumbangan berarti dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Tidak membutuhkan persyaratan sulit untuk menjadi calon
donor.
Kriteria Umum yang ditetapkan PMI adalah antara lain:
- calon donor harus berusia 17-60 tahun,
- berat badan minimal 45 kg
- tekanan darah 100-180 (sistole) dan 60-100 (diastole).
- Jika
berminat, calon donor dapat mengambil dan menandatangani formulir
pendaftaran; lalu menjalani pemeriksaan pendahuluan seperti kondisi
berat badan, HB, golongan darah; serta dilanjutkan dengan pemeriksaan
dokter.
- Jika lulus, barulah darah dan contoh darah diambil.
- Namun,
harus diingat, demi menjaga kesehatan dan keamanan darah, individu yang
antara lain memiliki kondisi seperti alkoholik, penyakit hepatitis,
diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi
mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa;
baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima
transfusi kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun
menato, menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui untuk
sementara waktu tidak dapat menjadi donor.
source : http://www.pmi.or.id
`Keikutsertaan PMI Dalam Bidang HIV & AIDS !`
Palang
Merah Indonesia atau PMI merupakan organisasi kemanusiaan lingkup
nasional dengan 33 Cabang di Seluruh Indonesia. Di akhir tahun 1994, PMI
bergabung dengan Gugus Tugas HIV Palang Merah Bulan Sabit Merah Asia/
Asian Red Cross and Red Crescent HIV Task Force (ART) bersama dengan
anggota Perhimpunan Nasional lain. Dalam ART, PMI memulai program
Pendidikan Remaja Sebaya sebagai titik awal partisipasi dalam usaha
mencegah penyebaran HIV antar kelompok-kelompok remaja. Sejak tahun 2000
PMI telah meluaskan program ke cabang-cabang yang dinilai memiliki
kapasitas dan kemampuan untuk menerapkan program tersebut. Secara
bertahap, PMI meningkatkan program intervensi HIV & AIDS sebagai
tindak lanjut Deklarasi Jenewa (2001).
Kasus HIV
& AIDS saat ini sudah menjadi pandemie di Indonesia. Sejak kasus
pertama dilaporkan pada tahun 1987, saat ini Indonesia sudah menjadi
negara urutan ke 5 di Asia paling berisiko HIV & AIDS. Para pakar
memperkirakan jumlah kasus HIV & AIDS sudah mencapai 130.000 orang,
sehingga tidak bisa dihindari lagi bagi Indonesia untuk menerapkan
kesepakatan tingkat Internasional yang diikuti kebijakan nasional.
Kebijakan PMI dalam Penanggulangan HIV & AIDS di Indonesia
Berpartisipasi
aktif dalam penanggulangan HIV & AIDS melalui tiga pendekatan yakni
pencegahan, perawatan & dukungan terhadap Odha, anti stigma &
diskriminasi terhadap Odha, serta berupaya melibatkan Odha pada tiap
tahapan kegiatan. Berupaya untuk mengembangkan jaringan kerja dengan
instansi dan lembaga terkait yang juga terlibat dalam program
penanggulangan HIV & AIDS, termasuk dengan jaringan Odha.
Jenis-Jenis kegiatan HIV sesuai dengan kebijakan PMI adalah sebagai Berikut :
Pencegahan
1). Pendidikan Sebaya dan Mobilisasi Masyarakat; 2). Pendistribusian KIE untuk kelompok rentan sasaran program; 3). Rujukan untuk Konseling dan Tes Sukarela/ Volunteer Counselling and Testing (VCT); 4). Keterampilan personal, termasuk penggunaan kondom bagi meraka yang melakukan aktivitas bersiko penularan HIV dan IMS.
Perawatan dan Dukungan
1). Membantu memberikan rujukan untuk mendapatkan pengobatan, dukungan dan perawatan bagi Odha khususnya di rumah; 2). Membuat kelompok dukungan dan jejaring dalam masyarakat atau memperkuat kelompok yang sudah ada; 3). Mengembangkan kelompok dukungan masyarakat dan jejaring Odha dan kemitraan dengan organisasi Odha.
Anti stigma dan Diskriminasi terhadap Odha
1). Memastikan bahwa PMI memiliki kebijakan HIV lingkungan kerja dan program HIV untuk semua staf dan relawan; 2). Mengintegrasikan isu kesetaraan gender dan kekerasan seksual berbasis gender dalam program / kegiatan PMI; 3) Pendidikan sebaya, mobilisasi masyarakat dan KIE berbasis masyarakat.
Sejauh
ini PMI telah banyak mendapatkan dukungan dari Palang Merah Belanda,
Palang Merah Jepang dan Palang Merah Australia serta IFRC. Di samping
itu, beberapa PMI Daerah/ Cabang juga menerima bantuan langsung dari
lembaga donor lain seperti UNFPA, FHI/ASA dan Komisi AIDS Propinsi serta
Pemerintah Daerah.
Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi
: Exkuwin Suharyanto, Kepala Sub. Bidang Program HIV & AIDS, Markas
Pusat PMI, Telp. 021-799 2325 Ext. 204, Rachel Arini Judhistari, Staf
Bidang Program HIV & AIDS Markas Pusat PMI, HP. 0812 954 1785,
Editor Buletin HIV & AIDS, Markas Pusat PMI, We Care, Anggun Permana
Sidiq, Telp. 021-799 2325 Ext. 201
source : http://www.pmi.or.id
`PMI dalam Merespon Bencana `
Penanganan
bencana akan dilakukan beberapa unit, seperti: unit Assessment; unit medis (medical
action team); unit ambulans; unit dapur umum lapangan; dunit distribusi
bantuan bencana; unit penampungan darurat (shellter); unit pemulihan
hubungan keluarga; serta unit fungsional pendukung operasional, yang terdiri
atas administrasi, keuangan, humas, logistik, dan teknologi informasi. Tahapan
bantuan penanganan bencana PMI:
1. Upaya tanggap darurat lapis pertama
dilakukan di tingkat PMI Cabang, yang dapat membangun Posko Tanggap Darurat
Bencana PMI Cabang atau Posko PMI Cabang dengan mendayagunakan unsur-unsur pengurus,
staf, dan satgana/relawan. Untuk operasional tanggap darurat bencana berbasis
masyarakat, khususnya di desa/kelurahan rawan bencana, PMI Cabang/PMI Ranting
memobilisasi anggota TSR/PMI di tingkat desa/kelurahan serta anggota masyarakat
terlatih binaan PMI dalam wadah Tim SIBAT (Siaga Bantuan Berbasis Masyarakat).
2. Jika skala bencana melampaui kapasitas PMI
Cabang setempat, PMI Daerah dapat diminta bantuan untuk mengkoordinir bantuan
baik dari PMI Cabang lain di wilayahnya maupun pihak terkait lainnya. Bantuan
ini merupakan upaya tanggap darurat lapis kedua. PMI Daerah dapat mendirikan
Posko Tanggap Darurat Bencana PMI Daerah atau Posko PMI Daerah dengan
mendayagunakan unsur-unsur seperti yang disebutkan pada poin sebelumnya.
3. Jika skala bencana melampaui kapasitas PMI
Daerah setempat, PMI Pusat dapat diminta bantuan untuk mengkoordinir bantuan
dari PMI Daerah lain maupun pihak terkait lainnya. Bantuan ini menjadi upaya
tanggap darurat lapis ketiga. PMI Pusat dapat membentuk Posko Tanggap Darurat
Bencana PMI Pusat atau Posko PMI Pusat.
4. Jika skala bencana masih melampaui kapasitas
PMI Pusat, sumber daya Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
dapat diminta bantuan ataupun pihak terkait lainnya di tingkat nasional maupun
internasional. PMI sebagai organisasi sosial kemanusiaan diharapkan mampu
memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat demi mengurangi beban yang
diderita korban bencana. (DM)
source : http://www.pmi.or.id
Langganan:
Postingan (Atom)